Rabu, 09 Mei 2012

ASUS meluncurkan netbook untuk pelajar dan mahasiswa


Maret lalu ASUS meluncurkan Eee PC 1025C, 1025CE dan 1225C Flare Series, netbook yang cocok untuk pelajar dan mahasiswa. Netbook ini dilengkapi dengan prosesor Intel Atom Cedar Trail N2800, dual core terbaru yang memberikan performa grafis tiga kali lebih tinggi dari generasi sebelumnya, namun mengkonsumsi baterai lebih sedikit sehingga memiliki ketahanan baterai 10% lebih lama. Dibandingkan dengan netbook yang telah populer digunakan oleh pelajar dan mereka yang mencari solusi untuk produktivitas ringan serta browsing internet, platform berbasis prosesor Atom terbaru ini miliki beberapa fitur tambahan menarik.
Selain itu Eee PC terbaru ini memungkinkan user untuk menikmati video full HD 1080 HDTV melalui port HDMI. Netbook ini juga dilengkapi dengan usb 3.0, DLNA dan Wi fi Direct untuk menunjang konektivitas. Ada pula fitur Smart Camera serta menggunakan layar 11.6 inci yang sudah mendukung resolusi HD.
Teknologi yang dimilik oleh prosesor Intel Atom “Cedar Trail” memungkinkan fitur Instant On pada ASUS Flare Series ini. Teknologi tersebut memenuhi kebutuhan pengguna yang akan melakukan perjalanan dengan netbooknya sekaligus menginginkan kenyamanan,” kata Norhizam Abdul Kadir, Head of Marketing Intel Indonesia.
Eee PC Flare Series dilengkapi teknologi ASUS Super Hybrid Engine II, eksklusif dengan Instant On. Maksudnya, user dapat menyalakan netbook nya dalam waktu 2 detik dari kondisi sleep. Netbook ini juga memilki waktu stand-by hingga 21 hari,” lanjut Rex Lee, ASUS South East Asia Regional Director.

Sabtu, 05 Mei 2012

The Next Gen Console PS4


Dari rumor yang didapatkan dari Playstation New, bahwa Sony sedang mengembangkan PlayStation 4 di Jepang. PS4 ini kelak akan memiliki GPU, dengan menggandeng chipset AMD. Hal ini dipilih karena tampilan grafis di Xbox 360, yang masih menggunakan DVD dengan chipset GPU AMD, dapat bersaing setara dengan grafis PS4, yang menggunakan media Blue-ray.
Konsep desain PS4 akan dibuat sangat berbeda dengan PS3. Sony Jepang tidak akan pernah kehabisan akal dalam berbagai macam konsep yang diuji coba di proses pembentukan konsol ini. PS4 direncanakan menggunakan tampilan 3D, sehingga hal ini akan menjadi menambah daya tarik gamer.
Informasi selanjutnya, PS4 meninggalakn GPU nVidia dan beralih ke chipset AMD pada graphic processor. Sony dikabarkan akan mengganti processor cell nya ke processor lain. Namun, belum diketahui jenis processor apa yang digunakan.
HG menduga kemungkinan besar adalah system on a chip berbasis Accelerated Processing Unit (APU). Karena AMD mengabarkan bahwa APU merupakan solusi yang patut dipertimbangkan untuk masa depan industir video game.
PS4 akan memiliki fitur built in Motion Controller seperti Kinect (Xbox 360). Untuk kontroler, masih belum dipastikan antara kontroler standar yang lebih nyaman atau berbentuk gamepad. Ada kemungkinan gamer kelak bisa diberikan dua pilihan dan mereka bebas memilih.

Penguin Purba : Raksasa Yang Gesit


Penguin kerap diidentikkan dengan sosok hewan yang lucu, imut dan menggemaskan. Namun, nenek moyang penguin ternyata jauh dari imut. Bahkan, penguin purba puny ukuran dan bobot amat besar yang bisa membuat anda lari terbirit-birit.
Wujud penguin purba kini bisa kita ketahui berkat rekontruksi utuh yang belum lama ini dilakukan terhadap sekumpulan fosil, seperti dilaporkan dalam Journal of Vertebrate Paleontology. Fosil penguin tersebut pertama kali ditemukan pada 1977 di New Zealand, tepatnya di dalam tebing di South Island. Ewen Fordyce, profesor paleontologi dari University of Otago, menemukan fosil itu secara tak sengaja ketika sedang berburu fosil paus dan lumba-lumba.
Seiring waktu berlalu, Fordyce terus mengumpulkan fosil penguin purba. Kemudian, ia mengajak Dan Ksepka, ahli paleontologi burung dari North Carolina State University, untuk merekonstruksi tulang-tulang itu.
Hasilnya adalah sesosok penguin yang sangat besar. Tingginya mencapai 1,5 meter dan bobotnya 60 kg. Sebagai perbandingan, penguin raja, penguin terbesar saat ini hanya setinggi 1,2 meter dan berbobot 30 kg.
Penguin raksasa itu diberi nama Kairuku, yang dalam bahasa Maori berarti “penyelam yang kembali dengan membawa makanan”. Meski bertubuh besar, Kairuku tergolong fleksibel dalam bergerak, terutama untuk urusan berburu ikan. Menurut Fordyce, ukuran besar Kairuku justru memungkinkannya berenang lebih jauh dan menyelam lebih dalam dibandingkan penguin modern.
Kairuku diyakini hidup 25 juta tahun lalu, saat sebagian besar wilayah New Zealand masih berupa laut, dan hanya sedikit pulau kecil yang berbatu-batu. Ombak yang dangkal menawarkan pasokan ikan yang melimpah; habitat yang ideal bagi penguin tersebut.
Belum dapat dipastikan apa penyebab Kairuku punah. Dugaan peneliti adalah perubahan iklim atau peningkatan jumlah predator, seperti lumba-lumba dan anjing laut, yang memangsa penguin ini.
Menurut Julia Clarke, ahli paleontologi vertebrata dari University of Texas yang tidak terlibat dalam studi ini, rekonstruksi tersebut amat penting untuk menambah wawasan tentang penguin purba, terutama yang berasal dari New Zealand, yang disebut Clarke sebagai “salah satu lokasi utama bagi keragaman spesies penguin raksasa”.

Terdapat campuran budaya dan bahasa Indonesia di Madagskar


Sejumlah perempuan Indonesia pernah menghuni Madagaskar 1200 tahun lalu. Itulah laporan studi dalam Proceedings of the Royal Society B, yang menggunakan sampel DNA motrikondrial untuk membuktikannya. Mereka kemungkinan tiba disana dengan 2 cara : datang dengan perdagangan atau terdampar saat menuju tempat lain. Hingga saat ini, pengaruh Indonesia masih bisa ditemukan dalam bahasa dan budaya Malagasi.

Antara lebah Pemalu dan Lebah Petualang


Tidak hanya manusia, lebah madu pun mengenal pembagian peran dalam koloni mereka. Sebagian mereka menjaga sarang dan merawat anak-anak lebah, sebagian lain bertugas mencari sumber makanan baru.
Ternyata, pembagian tugas ini didasarkan pada karakter lebah tersebut. Lebah yang bertahan di sarang adalah lebah yang bersifat “pemalu”, sedangkan lebah yang punya jiwa petualang, yang dikenal dengan istilah lebah pengintai, dipercaya untuk meninggalkan sarang.
Studi terbaru menunjukkan bahwa lebah pengintai memiliki ekpresi gen di otak yang berbeda dengan lebah non-pengintai. Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal Science dan diketuai oleh Gene E. Robinson, pakar genetika sekaligus profesor entomologi dan ilmu saraf di University of Illinois.
Para peneliti memulai dengan membuat pos-pos makanan baru dengan warna dan bau yang unik, satu demi satu selama beberapa hari. Lantas, mereka memantau lebah mana saja yang suka mencicipi pos baru dan mana yang memilih bertahan dengan pos yang sudah akrab.
Ketika memeriksa otak dari lebah yang suka bertualang, para peneliti menemukan perbedaan dalam substansi kimia di otak, terutama catecholamine, glutamate dan asam gamma-aminobutyric. Zat-zat kimia ini diketahui memiliki pengaruh terhadap tingkat kepuasan yang didapat ketika merasakan pengalaman baru.
Para peneliti menemukan bahwa dengan meningkatkan atau menghambat zat kimia tersebut di otak, mereka bisa mendorong perilaku bertualang pada lebah yang lebih pemalu. Dengan meningkatkan glutamate dan octopamine, lebah non-pengintai terbukti menjadi lebih petualang. Sebaliknya, ketika peneliti menekan dopmine, lebah petualang menjadi lebih enggan menjelajah. “Dengan memanipulasi sejumlah jalur neurokimia, kami bisa meningkatkan potensi perilaku mengintai,” ujar Robinson.
Hal ini, menurut para peneliti, juga ditemukan pada manusia. “Hasil ini menyatakan bahwa minat mencari hal baru memiliki kemiripan dengan serangga,” ujar Robinson.
Riset tersebut juga menunjukkan bahwa perangkat genetika yang sama berevolusi dalam lebah, hewan, maupun manusia dan sifat suka bertualang merupakan karakter yang penting untuk dipertahankan karena itu bisa membantu spesies menemukan sumber makana baru.